Rabu, 07 Mei 2014 - 0 komentar

Maudy Ayunda - Tahu Diri


Hai selamat bertemu lagi..
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini

Sungguh tak mudah bagiku..
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil..
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama

Pergilah, menghilang sajalah lagi..
Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil..
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah

Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi..


Minggu, 04 Mei 2014 - 0 komentar

Ya Sudahlah

Aku bukan akan menulis lirik lagu itu, bukan juga menyanyikannya..
Penyanyi aslinya terlalu bagus membawakan lagu ini, hingga kucari cover version dri beberapa orang pun tak mampu mengalahkan. Lagu yg baru saja ku dengar dan lihat lagi setelah janji dalam hati utk menghilangkan semua setibanya aku disini. Bukan sekedar ketika mimpi yg begitu indah tapi tak pernah terwujud. Atau ketika berlari mengejar angan tapi tak pernah sampai.. Lebih dari itu.

"Tidak mungkin"
Kenapa?
"Karena memang tidak bisa dan tidak mungkin"
Ya sudahlah.

Cerita yg kemarin. Kemarin itu, saat cerita yg aku selesaikan dgn ya sudahlah..dipaksa berakhir bahkan sebelum dimulai. Karena ketika berucap, tak ada ikhlas utk mengakhiri. Ya sudahlah hanya utk menyudahi lawan bicara dan menutupi yg sebenarnya. Ya sudahlah yg brtahan hanya beberapa waktu.. Ya sudahlah yg trkoyak kembali karena tertangkap oleh pandangan org lain. Ya sudahlah yg pada akhirnya tidak bisa ditutupi apalagi disembunyikan. Akan terus berulang, sampai kita sama-sama menyadari ada mereka disana. Mereka yg menunggu kita sambil mengulurkan tangan, mengajak kembali. Mereka yg tidak mau disakiti dan dilewatkan. Dan utk kali ini, maukah berucap bersama? "Ya sudahlah, yg kemarin itu cerita terakhir yg sudah kita tulis. Kemarin itu, halaman belakang yg sudah kita isi. Tidak ada lagi tempat, apalagi kesempatan".

Everything gonna be okay in the end, if now not okay..its mean not the end.
You feel okay? I'm not..

- 1 komentar

Ayah, Ibu Dijahatin Orang

Entah sdh ke berapa kalinya aku mendengar ibu berbagi kisah lewat telepon genggamnya. Kadang ketika aku sedang memegang sapu, brmain dgn kucing peliharaan, mencari notes utk ku bawa k kampus, atau seperti sekarang..ketika ransel blm ku lepaskan dr bahu. Aku bru saja pulang dr prjalanan 'jauh', perjalanan utk mendapatkan satu gelar sbg hadiah kecilku utknya. Agak parau ku dengar beliau bercerita, entah dgn  siapa dseberang sana. Aku tau itu tak mungkin menipiskan sedihnya, hanya sebatas lega setelah bercerita. Aku duduk d kursi tamu, memandang tv dgn pandangan kosong. Pendengaranku menuju ke pembicaraan ibu dan seseorang dsana. Aku menunggui hingga berapa lama. Sampai ibu mengakhiri telepon itu, aku tak berkomentar. Selayaknya aku tak mendengar apa-apa. Beliau pun sama, hanya meletakkan telepon itu dgn air muka menurun lengkap brsama helaan nafas. Aku menuju tempat wudhu, aku berjanji setelah ini akan mengadu pada Ayah. Ayah harus tau, ibu di jahatin orang.
                            ***
"Ayah, Ibu di jahatin orang. Istrimu yg dlu mereka agungkan, malah tercaci sekarang. Aku blg pdnya, mau ku pukul saja org jahat itu. Tp katanya 'sabar'. Sabar beliau seberapa banyak, yah? Ayah tau? Ayah hidup dgn ibu sdh sekitar 20thn kan? Hingga skrg sabarnya tidak prnh khabisan stok. Kenapa mereka jahat, yah? Baik macam apa dulu itu? Baiknya hilang seiring ayah hilang juga. Semalam, kusambut ibu dgn sebuah handuk. Badannya basah, motor matic yg biasa ia kendarai bru saja trparkir. Aku memandangnya sambil brpikir, masih adakah org yg tega jahat ke ibu sementara beliau sdh dtinggal suaminya dan hrus ngurusi anak yatim? Org jahat itu sepertinya ingin merasakan dposisi ibu, hrus mencari rupiah dr gedung kuliah satu ke yg lain hingga malam hari. Mungkin dbenaknya, rupiah yg ayah tinggalkan menggunung. Lainkali jka ada kesempatan, ingin ku tunjukkan padanya yg aku nikmati skrg ini tak lebih dr kerjakeras ibu. Beliau banting tulang utk kuliah anaknya, bukan hanya skedar duduk manis drumah lalu uang datang. Beliau menerjang hujan utk pulang krmh dr tempatnya mengajar, mengendarai kendaraan seorang diri. Bukan hanya brmanja tak mau keluar rumah krn tak ada yg mengantar. Orang jahat itu tak melihat, cuma bs komen, iri, dan uang. Kalau ayah disana melihat, datang ke mimpi ibu..katakan ke beliau kalau ayah bangga punya istri seperti dia. Ayah tau? Ayah pintar sekali memilih istri".