Minggu, 04 Mei 2014 - 1 komentar

Ayah, Ibu Dijahatin Orang

Entah sdh ke berapa kalinya aku mendengar ibu berbagi kisah lewat telepon genggamnya. Kadang ketika aku sedang memegang sapu, brmain dgn kucing peliharaan, mencari notes utk ku bawa k kampus, atau seperti sekarang..ketika ransel blm ku lepaskan dr bahu. Aku bru saja pulang dr prjalanan 'jauh', perjalanan utk mendapatkan satu gelar sbg hadiah kecilku utknya. Agak parau ku dengar beliau bercerita, entah dgn  siapa dseberang sana. Aku tau itu tak mungkin menipiskan sedihnya, hanya sebatas lega setelah bercerita. Aku duduk d kursi tamu, memandang tv dgn pandangan kosong. Pendengaranku menuju ke pembicaraan ibu dan seseorang dsana. Aku menunggui hingga berapa lama. Sampai ibu mengakhiri telepon itu, aku tak berkomentar. Selayaknya aku tak mendengar apa-apa. Beliau pun sama, hanya meletakkan telepon itu dgn air muka menurun lengkap brsama helaan nafas. Aku menuju tempat wudhu, aku berjanji setelah ini akan mengadu pada Ayah. Ayah harus tau, ibu di jahatin orang.
                            ***
"Ayah, Ibu di jahatin orang. Istrimu yg dlu mereka agungkan, malah tercaci sekarang. Aku blg pdnya, mau ku pukul saja org jahat itu. Tp katanya 'sabar'. Sabar beliau seberapa banyak, yah? Ayah tau? Ayah hidup dgn ibu sdh sekitar 20thn kan? Hingga skrg sabarnya tidak prnh khabisan stok. Kenapa mereka jahat, yah? Baik macam apa dulu itu? Baiknya hilang seiring ayah hilang juga. Semalam, kusambut ibu dgn sebuah handuk. Badannya basah, motor matic yg biasa ia kendarai bru saja trparkir. Aku memandangnya sambil brpikir, masih adakah org yg tega jahat ke ibu sementara beliau sdh dtinggal suaminya dan hrus ngurusi anak yatim? Org jahat itu sepertinya ingin merasakan dposisi ibu, hrus mencari rupiah dr gedung kuliah satu ke yg lain hingga malam hari. Mungkin dbenaknya, rupiah yg ayah tinggalkan menggunung. Lainkali jka ada kesempatan, ingin ku tunjukkan padanya yg aku nikmati skrg ini tak lebih dr kerjakeras ibu. Beliau banting tulang utk kuliah anaknya, bukan hanya skedar duduk manis drumah lalu uang datang. Beliau menerjang hujan utk pulang krmh dr tempatnya mengajar, mengendarai kendaraan seorang diri. Bukan hanya brmanja tak mau keluar rumah krn tak ada yg mengantar. Orang jahat itu tak melihat, cuma bs komen, iri, dan uang. Kalau ayah disana melihat, datang ke mimpi ibu..katakan ke beliau kalau ayah bangga punya istri seperti dia. Ayah tau? Ayah pintar sekali memilih istri".

1 komentar:

Unknown 22 April 2015 pukul 09.26

Very interesting story that touched my heart.

Posting Komentar