Senin, 22 Desember 2014 - 0 komentar

Bukankah, atau Bukankah

Bukankah,
banyak yang berharap jawaban dari seseorang?
yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya
"jadi, jawaban apa yang harus diberikan?"

Bukankah,
banyak yang menanti penjelasan dari seseorang?
yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa
"aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?"

Bukankah,
banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang
yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji
"kau menungguku? sejak kapan?"

Bukankah,
banyak yang menambatkan harapan
yang sayangnya, seseorang itu bahkan belum membangun dermaga
"akan kau tambatkan di mana?"

Bukankah,
banyak yang menatap dari kejauhan
yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain

Bukankah,
banyak yang menulis puisi, sajak2, surat2, tulisan2
yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama
pun bagaimanalah akan membacanya

Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak
Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan
Ada yang mekar indah senantiasa terjaga
Ada yang layu sebelum waktunya
Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga
Tapi juga berakhir bahagia..
 
copyright : right owner (Tere Liye)
Kamis, 16 Oktober 2014 - 0 komentar

Want and Resent

 


I choose to love you in silence I found no rejection
I choose to love you in dreams because in my dreams, no one owns you but me.

Still unable to love, I know your weary heart too well
Without change, I watched over you
But your past love is the only thing living in there

I want you and wait for you
The kind of person who makes my short time drag on
I don't want to know your hurt words about the past

Even when you're clearly smiling
I get the feeling that your heart is crying
And though I want to end that
You don't want your heart to be discovered in this state

I guess I need your seat empty, regardless of who need it
So that it can be the place where you rest
I have so much selfishness

I want you and wait for you
The kind of person who comes and makes me know what love
I'll speak about my heart in this state by myself
I love you so much


Senin, 22 September 2014 - 1 komentar

Dikatakan atau tidak. Itu tetap cinta, kan?

Seseorang pernah bertanya. Cinta dalam hatikah?
Lama terpekur melewati beberapa menit memikirkan bagaimana cara menjawab pertanyaan itu. Harusnya mudah sekali untuk menjawabnya. Iya atau tidak. Benar?
Atau setidaknya kalian bisa menghitung bulir kancing baju untuk menjawabnya.

Kalimatnya cantik sekali. Luar biasa cantik.
Ada satu penghargaan untuk cinta yang disembunyikan.
Yang tersudut dari hingar bingar pernyataan cinta selayaknya.
Ia memang tersembunyi di dalam sana, terasingkan karena terlalu takut akan anggapan negatif orang.
Bertahun-tahun sejak ia diputuskan untuk disembunyikan saja..
Bukan untuk dicari.
Bukan untuk disadari.
Ia bersembunyi untuk mematikan dirinya sendiri, seakan ia tau..jika ia bertahan dan tumbuh ia akan lebih merusak keadaan.

Dikatakan atau tidak. Itu tetap cinta, kan?
Disembunyikan atau dipertontonkan. Nilai cinta itu tetap saja tidak akan berkurang.


Kamis, 07 Agustus 2014 - 0 komentar

Just One Day (Satu Hari Saja)

Satu hari saja..
Lupakan siapa kita..
Lupakan mereka..
Lupakan yang pernah terjadi..
Lupakan apa yang akan terjadi..
Lupakan apapun yang ada di sekitar kita..
Bicaralah, tanpa beban.
Menyelesaikan semua..
Semua yang tiba-tiba mentah bahkan sebelum ranum.

Satu hari saja..
Kita berbicara dan bercerita seakan satu diantara kita tidak akan ada lagi keesokan hari.
Kita tertawa sepuasnya seperti tidak akan ada masalah setelah ini.
Kita bertualang tak tentu arah seakan kita adalah pahlawan pembela kebenaran yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat.

Satu hari saja..
Bernafas seperti biasa ketika berhadapan..
Bertatap mata tanpa berpalingan..
Berkhayal seperti apa kita tanpa mereka..
Berandai apa yang sudah kita rangkai hingga sekarang..


Untuk ribuan hari sebelum ini..
Aku sudah terlalu lelah berupaya sendirian
Aku pun sudah terlalu lelah berpura-pura
Aku juga sudah terlalu lelah menunggu Satu Hari itu datang..
Satu Hari yang ku minta pada Tuhan agar ikut campur tangan, mempercepat hari itu datang..


- 0 komentar

Nyanyian 'Nobita'

Hallo hari yg melelahkan..
Hallo juga hati yg sdg lelah..
Apa kbrmu di dalam sana?
Sudah tau apa yg kamu inginkan?
Kalau begitu beri tau aku.
Aku pun lelah, lelah sekali..
Aku jg ingin tau apa yg sbnrny yg aku inginkan.
Terlepas dr aku ingin begini atau aku ingin begitu versinya Nobita yg brkata pd Doraemon.
Yaa, Nobita mmg bruntung mmpunyai seseorang sprti Doraemon. Mewujudkan satu persatu ingin dan mimpinya. Bertualang tak tentu arah tanpa harus takut menyakiti atau disakiti.
Seseorang berkata pdku, "Keinginan duniamu terlalu banyak, berhentilah mengejar dunia".
Iya, mungkin benar. Mungkin juga salah.
Aku hanya ingin mengejar pengganti dari sesuatu yang sudah aku ikhlaskan sebelumnya.
Sesuatu yang aku yakin akan diganti dgn beribu-ribu kali lipat oleh sang empunya semesta.
Ku nyanyikan saja inginku sekarang ya..
Itu pilihan kalian ingin mendengarkan atau segera menutup tab blog ini.

Aku ingin sekali kuliah di bidang kesehatan. Bkn seperti kurang lebih hampir 5 thn skrg ini. Srg kali ku dapati diriku lbh nyaman brada d rak brtuliskan 'kedokteran' ketimbang di rak 'komputer'. Mempelajari anatomi tubuh manusia yg ku gemari dr prtma mengenal biologi. Dulu, bahkan aku sdh brandai2 memakaikan gelar dr. d dpn namaku..lengkap dgn spA d blkgnya. Bahkan ketika sekolah menengah atas, aku dan sahabat berangan bisa bekerja bersama. Dia di bidang farmasi dan aku dokternya. Benar..keinginan yg sudah lama terkubur dalam, bersama seseorang yg aku banggakan. Seseorang yg di akhir hayatnya pun masih ku janjikan untuk bisa menjadi dokter.

Aku ingin sekali bs kembali k kota2 yg prnh kutinggali. Mengikuti rekam jejak perpindahan sekolah yg entah sdh brp kali. Mencicipi kuliner langganan saat masih ada d kota2 tsb. Bakso tahu d Pekanbaru, sate payakumbuh d Padang, dan pisang goreng d prsimpangan sblm menuju komplek perumahan d Lhokseumawe. Bukan..aku bkn mencari kulinernya. Aku mencari bayangan Ayah yg sepulang kantor biasa membelikan semua itu.

Aku masih terus bernyanyi.
Aku ingin brkeliling Singapore menggunakan bus umumnya. Memfoto smw gedung2 berarsitektur keren dsana. Ya Singapore. Aku ingin sekali tinggal dan bekerja di sana. Sebagian orang yang ku ceritakan tentang mimpiku ini mungkin mencibir. Setidaknya mimpiku lebih tinggi dibandingkan dengan mimpi gadis sebaya kebanyakan: "Tamat kuliah, jadi PNS, menikah, mengurus rumah tangga, dan hidup bahagia selamanya". Tidakkah mereka ingin berkeliling dunia terlebih dahulu? Melihat tempat2 menakjubkan yang sering menjadi latar cerita di novel-novel. Mempelajari bahasa dan budayanya.

Aku ingin menjadi entrepreneur. Menciptakan ide-ide kreatif, memaparkan di hadapan orang ramai dan kemudian disambut tepukan tangan majelis panel yg lain. Bingung? Tinggal dan menimba ilmu di negeri orang sedikit banyak melupakan keinginan pertamaku tadi, dunia entrepreneur satu2nya bidang yg membuatku sungguh2 di dalamnya. Bukan sekedar untuk mengejar nilai atau pandangan dosen, terlebih untuk membuat orang lain kagum atas ide-ide kita.

Terakhir..
Aku ingin menjadi orang hebat, seperti Ayah..
dan menjadi wanita tangguh, seperti Ibu..

Nyanyian si Nobita setiap pagi meskipun tadi pagi yang diputar film si Barbie..


Rabu, 07 Mei 2014 - 0 komentar

Maudy Ayunda - Tahu Diri


Hai selamat bertemu lagi..
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini

Sungguh tak mudah bagiku..
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil..
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama

Pergilah, menghilang sajalah lagi..
Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil..
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah

Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi..


Minggu, 04 Mei 2014 - 0 komentar

Ya Sudahlah

Aku bukan akan menulis lirik lagu itu, bukan juga menyanyikannya..
Penyanyi aslinya terlalu bagus membawakan lagu ini, hingga kucari cover version dri beberapa orang pun tak mampu mengalahkan. Lagu yg baru saja ku dengar dan lihat lagi setelah janji dalam hati utk menghilangkan semua setibanya aku disini. Bukan sekedar ketika mimpi yg begitu indah tapi tak pernah terwujud. Atau ketika berlari mengejar angan tapi tak pernah sampai.. Lebih dari itu.

"Tidak mungkin"
Kenapa?
"Karena memang tidak bisa dan tidak mungkin"
Ya sudahlah.

Cerita yg kemarin. Kemarin itu, saat cerita yg aku selesaikan dgn ya sudahlah..dipaksa berakhir bahkan sebelum dimulai. Karena ketika berucap, tak ada ikhlas utk mengakhiri. Ya sudahlah hanya utk menyudahi lawan bicara dan menutupi yg sebenarnya. Ya sudahlah yg brtahan hanya beberapa waktu.. Ya sudahlah yg trkoyak kembali karena tertangkap oleh pandangan org lain. Ya sudahlah yg pada akhirnya tidak bisa ditutupi apalagi disembunyikan. Akan terus berulang, sampai kita sama-sama menyadari ada mereka disana. Mereka yg menunggu kita sambil mengulurkan tangan, mengajak kembali. Mereka yg tidak mau disakiti dan dilewatkan. Dan utk kali ini, maukah berucap bersama? "Ya sudahlah, yg kemarin itu cerita terakhir yg sudah kita tulis. Kemarin itu, halaman belakang yg sudah kita isi. Tidak ada lagi tempat, apalagi kesempatan".

Everything gonna be okay in the end, if now not okay..its mean not the end.
You feel okay? I'm not..

- 1 komentar

Ayah, Ibu Dijahatin Orang

Entah sdh ke berapa kalinya aku mendengar ibu berbagi kisah lewat telepon genggamnya. Kadang ketika aku sedang memegang sapu, brmain dgn kucing peliharaan, mencari notes utk ku bawa k kampus, atau seperti sekarang..ketika ransel blm ku lepaskan dr bahu. Aku bru saja pulang dr prjalanan 'jauh', perjalanan utk mendapatkan satu gelar sbg hadiah kecilku utknya. Agak parau ku dengar beliau bercerita, entah dgn  siapa dseberang sana. Aku tau itu tak mungkin menipiskan sedihnya, hanya sebatas lega setelah bercerita. Aku duduk d kursi tamu, memandang tv dgn pandangan kosong. Pendengaranku menuju ke pembicaraan ibu dan seseorang dsana. Aku menunggui hingga berapa lama. Sampai ibu mengakhiri telepon itu, aku tak berkomentar. Selayaknya aku tak mendengar apa-apa. Beliau pun sama, hanya meletakkan telepon itu dgn air muka menurun lengkap brsama helaan nafas. Aku menuju tempat wudhu, aku berjanji setelah ini akan mengadu pada Ayah. Ayah harus tau, ibu di jahatin orang.
                            ***
"Ayah, Ibu di jahatin orang. Istrimu yg dlu mereka agungkan, malah tercaci sekarang. Aku blg pdnya, mau ku pukul saja org jahat itu. Tp katanya 'sabar'. Sabar beliau seberapa banyak, yah? Ayah tau? Ayah hidup dgn ibu sdh sekitar 20thn kan? Hingga skrg sabarnya tidak prnh khabisan stok. Kenapa mereka jahat, yah? Baik macam apa dulu itu? Baiknya hilang seiring ayah hilang juga. Semalam, kusambut ibu dgn sebuah handuk. Badannya basah, motor matic yg biasa ia kendarai bru saja trparkir. Aku memandangnya sambil brpikir, masih adakah org yg tega jahat ke ibu sementara beliau sdh dtinggal suaminya dan hrus ngurusi anak yatim? Org jahat itu sepertinya ingin merasakan dposisi ibu, hrus mencari rupiah dr gedung kuliah satu ke yg lain hingga malam hari. Mungkin dbenaknya, rupiah yg ayah tinggalkan menggunung. Lainkali jka ada kesempatan, ingin ku tunjukkan padanya yg aku nikmati skrg ini tak lebih dr kerjakeras ibu. Beliau banting tulang utk kuliah anaknya, bukan hanya skedar duduk manis drumah lalu uang datang. Beliau menerjang hujan utk pulang krmh dr tempatnya mengajar, mengendarai kendaraan seorang diri. Bukan hanya brmanja tak mau keluar rumah krn tak ada yg mengantar. Orang jahat itu tak melihat, cuma bs komen, iri, dan uang. Kalau ayah disana melihat, datang ke mimpi ibu..katakan ke beliau kalau ayah bangga punya istri seperti dia. Ayah tau? Ayah pintar sekali memilih istri".
Senin, 24 Maret 2014 - 0 komentar

Taman Dibawah Station

Kereta sore itu tidak terlalu ramai, jg tidak terlalu sepi. Aku mendengarkan lagu dr earphone yg ku dapat dr pameran, harganya murah sekali..mungkin jika di rupiahkan seharga satu gelas es cappucino kesukaanku.
Riuh rendah ku dengar ketika pengumuman menggema di seluruh kereta. Kereta ini harus d kosongkan di station berikutnya.
"Kita turun?", aku bertanya pada sahabat yg hingga td masih menahan kantuk. Ia menjawab dengan anggukan.
Cepat, aku mematikan mp3 player dan bersiap turun. Mobilitas kota ini sangat tinggi, bahkan untuk naik turun penumpang kereta hanya d hadiahi 2 menit. Aku turun d station itu, station yg di pagari oleh tingginya apartemen penduduk. Mereka berjajar rapi seolah di beri komando mengikuti baris brbaris anak sd sebelum masuk kelas. Lupakan kompleks atau perumahan, apalagi rumah rsss. Pemerintah kota ini sadar betul, tak banyak lahan yg mereka punya. Gedung tinggi yg menjulang ke langitlah pilihan mereka. Jalan raya di sekitarnya lengang sekali, mungkin mereka belum mengenal perang klakson atau mungkin tidak ada dlm kamus mereka? Hanya sesekali bus umum yg menurunkan penumpang d halte dkt taman itu. Ya..Ada sebuah taman kecil di antara apartemen2 itu. Taman itu lah yg akan kubagi denganmu.
Taman dibawah station. Org awam tak melihat ada yg istimewa dr taman itu. Tp aku iya. Ada mimpiku yg inginku bagi bahkan ingin ku wujudkan denganmu.

Aku berjalan menuju taman itu sambil menenteng keranjang belanja. Dan tersenyum pada bocah laki2 yg sedang melambaikan tangannya di atas sebuah benteng kecil. Aku duduk di bangku taman itu. Memperhatikan bocah laki2 itu bergegas menuruni benteng. Ia menghampiri gadis kecil bersepeda dan menunjuk ke arah tempatku duduk. Tangan mungil keduanya kompak melambaikan tangan. Aku membalas dan mempersilahkan mereka melanjutkan permainan. Aku lebih suka melihat anak2 bermain permainan nyata seperti itu, ketimbang mereka bermain game di dunia maya. Seumuran mereka harus tumbuh aktif bergerak, bukannya merusak kornea mata krn terlalu banyak terkena radiasi. Dari kejauhan, aku melihatmu berjalan menujuku. Ohh bukan, kamu menuju 2 bocah kecil yg td melambaikan tangan pdku. Setelan kantor yg kupilihkan td pagi, trlihat sudah agak berantakan. Kedua kancing atas kemeja sdh trbuka, lengannya pun sdh trtarik hingga siku. Mungkin setelah ini kamu akan berkeluh ttg beratnya hari. Aku memperhatikanmu dr jauh. Bocah laki2 td sedang brsemangat menceritakan sesuatu, tangannya mengepal ikut bermain krn trlalu semangat brcerita. Aku melihatmu trsenyum bangga sesekali mengacak rambut bocah itu. Sementara gadis kecil yg sedari tadi mengalungkan lengannya di lehermu, merengek minta kamu kecup pipinya. Sekali hentakan, gadis kecil itu sudah berada d gendonganmu dan tanganmu satu lagi memberi isyarat pd si bocah laki2 utk menggandeng. Untuk kali ini, kamu benar berjalan menujuku. Bersama kedua anak kita dalam rangkul dan gandenganmu. Seperti brcermin melihat aku dan kamu yang diperkecil hingga skala 5x. Muka mereka mirip sekali, baju yg mereka kenakan pun hanya berbeda warna. Aku kembali tersenyum kepadamu. Juga tersenyum ke arah station d atas taman ini. Sebuah mimpi yg ku ukir dlm benak ketika kereta yang ku naiki berhenti d station itu. Mimpi yg trlintas ketika aku menunggu kereta berikutnya, memandang ke arah taman dibawah station. Melihat bayangan kamu, aku dan kedua anak kembar kita bermain di taman itu.

Kamu membalas senyumku sesaat setelah kamu mendengarnya dan sembari menyentuh kepalaku..aku mendengarmu membisikan sebuah Aamiin untuk mimpi sederhanaku itu. Di kota tujuanku singgah dan menghabiskan weekend ketika menuntut ilmu di negeri tetangganya. Di kota tempat taman kecil itu berada, taman kecil di bawah station.
Kamis, 09 Januari 2014 - 0 komentar

Tentang Ayah dari Anak Perempuannya

Aku baru saja menghapus titik air mata yang jatuh.. Hanya beberapa tetes. Setiap tetesnya tau apa yang harus mereka sampaikan. Mereka bisu, namun bisa menyampaikan perasaan yang tidak bisa mulut ungkapkan. Sepasang kucing lucu ras persia yang berlari-lari pun tidak bisa mengalihkan perhatianku.

***

Harusnya aku dan ribuan manusia di dunia ini berterimakasih pada situs ini..ada tempat singgah, bercerita, menarikan jari-jari tangan di atas keyboard demi meluapkan sejumlah perasaan. Bermula dari sedih yg entah harus ditumpahkan ke siapa. Saat sajadah sudah basah krn airmata, mengadu kepada sang empunya jiwa. Lawan bicara pun tak kunjung benar-benar memahami apa yg kita ceritakan. Ya. Mereka belum mengalami. Mereka tau itu sakit tapi belum tau seberapa besar kadar sakit itu. Lebih sakit ketimbang metode-mu ditolak dosen pembimbing, atau ide-ide brilian dipatahkan dengan argumen kuat lainnya. Lebih sakit ketimbang cita-cita kecilmu dimentahkan seketika dengan alasan kamu harus memikirkan saudaramu yg lain. Apa yg lebih sakit dari itu? Ya, kehilangan orang tua. Ayah..

Beberapa hari yg lalu, aku menyempatkan diri berjalan di sebuah pusat perbelanjaan. Satu pemandangan menarik perhatianku ketika keluar dari salah satu restoran cepat saji, seorang anak perempuan bergelayutan di tangan kokoh Ayahnya. Melihat seragam putih abu-abu yg ia kenakan, aku menaksir usianya dibawah 17 tahun. Yaa.. aku memang selalu iri jika melihat anak perempuan bergandengan dengan Ayahnya. Sisi iblisku berkata, "Seharusnya anak itu juga merasakan seperti apa rasanya kehilangan Ayah". Ingatanku terlempar saat pertama kali mengenakan seragam putih abu-abu itu. Aku sengaja mampir ke Rumah Sakit tempat Ayah dirawat sebelum berangkat sekolah. Menunjukkan padanya bahwa gadis kecil yang biasa ia gendong sudah beranjak remaja. Apa yang biasanya gadis remaja lakukan bersama Ayahnya? Berjalan-jalan di Mall sambil melihat baju yang cantik? Atau menarik tangan Ayahnya untuk membujuk membelikan gadget terbaru? Bagaimana rasanya? Mengenalkan pacar pertama pada Ayah. Berdiskusi peguruan tinggi mana yg harus di ambil. Atau seperti sekarang, mengeluhkan beratnya tugas akhir yg mesti dilalui demi menyandang gelar. Seperti apa rasanya...kalian yg masih punya Ayah? Aku bertanya.. Seperti apa nasihat beliau ketika semangatmu tiba-tiba menghilang? Apa rasanya ketika melihatnya tersenyum bangga atas kerja kerasmu? Aku iri pada kalian. Bukan. Aku hanya rindu Ayahku. Kadang, dihari yg penuh dengan masalah, malam harinya dibalik bantal..tanpa sepengetahuan Ibu. Aku menahan isak agar tidak terlalu terdengar, mengimbangi dengan suara batuk supaya tidak terlalu kentara. Berandai-andai, seperti apa Ayah sekarang. Apa yang Ayah lalukan? Masih adakah setumpuk berkas yg harus ia selesaikan dengan komputernya, sementara juga harus menemaniku tidur? Masih adakah rekan kerjanya yg menyodorkan kertas yg harus ia tandatangani? Apa Ayah mencariku karena disana tidak ada lagi yg memotongkan kukunya? Mencari ubannya dan mengupahku dengan uang 100 perak setiap helainya? Siapa yg dimintai Ayah untuk memasakkan mie rebus kesukaannya? Siapa? Kata orang, jiwa itu akan tenang di alamnya sampai menunggu datangnya kiamat. Kata orang juga, di akhirat sana akan dimulai kehidupan yg baru.. Lalu, akankah mereka mengingat semua yang terjadi sewaktu hidup dulu?

 
Ayah..
Dulu, dengan perasaan bangga aku menuliskan namanya karena tambahan 2 gelar di belakang. Mengingat dulu blm banyak yg menyandang 2 gelar seperti Ayah. Aku tak sungkan menunjukkan raport kepada teman sepermainanku, disaat mereka tak ingin nama orangtuanya dijadikan lelucon panggilan.
Ayah..
Sekarang, sudah sayup-sayup terdengar orang menyebut namanya, tidak seperti dulu. Jika ia masih hidup, entah sebesar apa banggaku padanya. Entah sebanyak apa orang yg masih memanggil namanya. Iya. Jika beliau masih hidup..

Ya. Waktuku memang sebentar bersama Ayah, hanya 15tahun. Sedikit sekali kenangan yg bisa di kenang.. tapi jika ada seseorang yang memintaku untuk menceritakan seperti apa Ayahku..akan ada banyak sekali hal yg bisa kubanggakan.
Karena kata Ibu, "Ayah Orang Hebat".